Cacat Kayu
Berbagai jenis cacat pada kayu dapat mempengaruhi perlemahan sebuah bangunan yang menggunakan konstruksi kayu karena dengan adanya cacat kayu maka terjadi penurunan kekutan kayu.Bagi produsen kayu, cacat kayu merupakan kerugian yang dapat menyebabkan penurunan harga kayu, meskipun demikian sebaiknya produsen tetap melindungi hak konsumen dengan membritahukan cacat kayu tersebut, mengingat resiko keruntuhan bangunan yang mengerikan dapat terjadi karena cacat kayu yang tidak diantisipasi sebelumnya.Kata Kunci :Cacat Kayu
A. Latar Belakang
Kayu merupakan salah satu material konstruksi yang paling banyak terdapat dialam dan pertama kali digunakan dalam sejarah umat manusia Kayu sampai saat ini masih banyak digunakan sebagai bahan konstruksi bangunan untuk rumah tingga, gedung, jembatan, bantalan kereta api dan lain lain. Kayu dipilih sebagai bahan konstruksi selain karena alasan mudah didapat, harganya relatif murah dan memiliki nilai estetika yang tinggi.(Frick,1981) juga menyatakan bahwa material kayu akan selalu dibutuhkan manusia karena sifat utama yang dimiliki yaitu kayu merupakan kekayaan alam (natural resources )yang tidak akan pernah habis, mudah dalam pemrosesan serta memiliki sifat sifat spesifik yang tidak dimiliki oleh bahan lain.
B. Cacat kayu
Kesalahan atau cacat kayu dapat dicegah dan diatasi sebelum kita melangkah lebih lanjut. Pedoman yang harus diperhatikan adalah bahwa nilai kayu yang diproses adalah besar, sekali salah akan berakibat fatal. Oleh karena itu proses pengeringan kayu dan karakteristik kayu yang dikeringkan harus dapat dikontrol dan dikuasai. Proses pengeringan tidak dapat dipaksa atau dipercepat hanya menaikkan temperatur ruang begitu saja. Karena dapat berakibat kayu menjadi rusak dan cacat sehingga tidak dapat dimanfaatkan.
1. Cacat kayu alami (natural defect)
Cacat kayu bawaan ini tumbuh pada saat pohon tumbuh, karena lokasi tempat tumbuh yang menyebabkan kayu mempunyai kandungan bahan kimia tertentu, atau karena penyakit kayu tersebut.
1.1. Cacat puntir
Cacat karena kayu tumbuh dalam posisi terpilin. Cacat ini dapat dilihat dari bentuk log yang terpilin.Pada umumnya pada waktu tumbuhnya banyak terkena tekanan angin pada satu sisi saja (berputar). Kayu ini tidak dapat dipakai untuk bahan baku produk yang bermutu tinggi.
1.2. Alur minyak
Yaitu garis-garis alur minyak pada kayu jati yang berwarna abu-abu muda kecoklatan atau kebiruan kemudian menjadi garis-garis hitam atau berwarna gelap setelah proses pengeringan kayu. Proses ini tidak dapat dicegah.
1.3. Cacat doreng
Garis-garis atau bercak-bercak hitam pada kayu jati yang tumbuh karena penyakit alami. Cacat ini bukan cacat noda warna (discoloursation) melainkan cacat alami. Cara memilih atau melihat yaitu pada penampang bontos log. Bila pada lingkaran tahunnya terlihat bercak-bercak hitam atau coklat tua seperti berkas-berkas basah air, berarti log tersebut mempunyai cacat doreng.
2. Cacat Penebangan dan Penanganan di Log Yard.
Pada saat penebangan, sering terjadi log membentur log lain. Benturan ini menyebabkan log memar atau pecah didalam. Pecahan-pecahan halus ini tampak jelas setelah proses pengeringan atau pada saat proses akhir tampak jelas setelah proses pengeringan atau pada saat proses akhir (finishing). Pada waktu proses penggergajian, dituntut kejelian untuk menghindari kayu yang cacat tersebut.
Selain itu proses penanganan kayu log (Log Treatment), ujung bontos sebaiknya diolesi dengan cat pelindung atau penutup pori-pori sehingga proses evaporasi pada bontos dapat dihambat. Tujuan ini untuk mencegah terjadinya retak-retak rambut (hairline Cracks) atau pecah ujung (End Cheeks).
2.1 Cacat penggergajian
Cacat penggergajian biasanya penggergajian yang dilakukan dengan sistem tangensial (flat Sawn) ini akan menyebabkan penyusutan kayu tidak sama pada satu sisi sehingga terjadi terjadi baling (diamonding). Biasanya terjadi setelah proses oven.Bentuk baling ini dapat diatasi dengan meluruskan kembali melalui penggergajian atau penyerutan ke 4 sisinya (moulding).
3. Cacat pengeringan kayu
Setiap proses pengeringan selalu memiliki resiko kerusakan atau cacat pengeringan. Resiko inilah yang harus ditekan sekecil mungkin.
Cacat pengeringan kayu dapat terjadi karena :
1. Mesin dan teknologi pengeringan.
2. Kemampuan operator oven.
3. Kondisi kayu sebelum diproses.
3.1 Retak ujung dan permukaan (end and surface checks).
Retak ujung dan permukaan, serta retak rambut dapat terjadi bila kelembaban udara dalam ruang tidak diperhatikan pada saat oven mulai beroperasi. Pada saat permukaan kayu mengering, bagian luar kayu mulai menyusut, tetapi bagian dalam kayu masih basah, akibatnya, terjadi tegangan dan retak-retak pada permukaan, atau ujung kayu. Pencegahannya dengan mengoleskan oli pada ujung kayu atau menggunakan resin urea atau polyethiline glycol kayu cacat retak rambut tidak dapat dipakai untuk yang dicat, karena bagian yang retak akan merusak permukaan cat pada saat kayu kembang susut oleh udara sekitar.
3.2 Pengerasan kayu (case harduehing).
Pengerasan kayu disebabkan oleh tingginya kadar air dalam kayu pada saat sebelum mulai dikeringkan dan sangat cepatnya proses pengeringan kayu.Permukaan kayu akan mencapai titik keseimbangan lebih cepat daripada bagian dalam kayu, sehingga permukaan kayu mulai menyusut.
Penyusutan permukaan menyebabkan tegangan pada permukaan kayu dan menyebabkan retak. Sebaliknya, bila permukaan kayu tetap elastis dan tidak timbul cacat retak permukaan, proses evaporasi pada kayu (inti) terhambat. Sel-sel permukaan kayu yang kering akan menutup jalan air sel bagian dalam kayu keluar kepermukaan. Bila proses pengeringan ini diteruskan, bagian luar kayu akan mengeras dan kedap. Sehingga timbul pengeringan kayu (case Hardening).
3.3 Retak dalam (Honey Combing)
Cacat retak dalam adalah cacat akibat kesalahan pengendalian mesin pengering, tetapi cacat ini dapat dihindarkan. Keadaan ini adalah kelanjutan dari cacat pengerasan bagian luar (case hardening). Bila kesalahan pengendalian mesin tidak cepat diatasi, kayu menjadi kering dan cacat retak-retak. Cacat retak dalam tidak dapat diperbaiki dan kayu tidak dapat dipakai.
3.4 Perubahan bentuk (distorsi)
Perubahan bentuk pada papan atau pada balok saat pengeringan kayu adalah normal dan tidak mutlak kesalahan pengeringan kayu. Namun merupakan suatu keharusan untuk menekan perubahan bentuk ini sekecil mungkin dengan menggunakan mesin pengering. Tegangan dalam kayu dapat dihilangkan melalui pengaturan oven. Perubahan-perubahan bentuk kayu yang mungkin terjadi adalah melengkung (bowing), cekung (cupping) dan memuntir (twisting). Perubahan bentuk ini disebabkan oleh tidak meratanya prosentasi penyusutan bagian-bagian kayu. Perbedaan penyusutan selalu terjadi karena perbedaan arah pemotongan kayu (tangensial, radial dan aksial).
3.5 Cacat Kadar Air tidak Merata
Seringkali hasil proses pengeringan tidak merata kadar airnya, terutama pada bagian tengah tumpukan kayu masih basah. Sebab utama adalah tidak meratanya distribusi panas keseluruhan bagian kayu.
Yang perlu diperiksa adalah :
1. Apakah kipas-kipas (Fans Impeller) masih bekerja dengan baik.
2. Pengaturan susunan ketebalan kayu.
3, Kecepatan sirkulasi udara panas dan pengarahan sirkulasi.
3.6 Perubahan Warna Kayu
Perubahan warna kayu dapat berupa perubahan warna total atau berupa noda-noda udara, yang sedikit banyak juga sampai kedalam kayu. Noda-noda warna pada permukaan kayu masih dapt dihilangkan dengan cara menyerut kayu, tetapi perubahan warna yang sampai kedalam, sulit dihilangkan.
Sebab-sebab utama perubahan warna karena temperatur atau uap yang tinggi, dan menyebabkan zat tamin kayu beraksi, sehingga terjadi proses oksidasi yang menyebabkan warna kayu berubah. Temperatur yang tinggi lebih banyak berpengaruh pada perubahan warna daripada menurunkan kadar air dengan cepat.
Temperatur 500 C atau 600 lebih cenderung mengubah warna kayu. Makin tinggi temperatur digunakan, warna kayu akan makin gelap.
C. KESIMPULAN
Pengenalan atas sifat-sifat kayu akan sangat membantu dalam menentukan jenis-jenis kayu untuk tujuan pengunaan tertentu. Diharapkan dengan memahami sifat-sifat kayu dan jenis-jenis kayu untuk penggunaan tertentu akan semakin mengurangi ketergantungan konsumen akan suatu jenis kayu tertentu sehingga pemanfaatan jenis-jenis kayu yang semula belum dimanfaatkan akan semakin meningkat.
D. DAFTAR PUSTAKA
Budi Martono. “ Teknik Perkayuan Jilid 1 “. Jakarta: Penerbit Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, 2008
Budianto, A. D. 2008. Sistem Pengeringan Kayu. Kanisius. Yogyakarta.
BPPHP. 2009. Pengenalan Cacat Kayu Gergajian Rimba. Jayapura. www.bpphp17.web.id
Departemen Kehutanan. 2010. Sifat dan Kegunaan 120 Jenis Kayu Perdagangan Indonesia.www.dephut.go.id.
Dumanauw, J. F. 2007. Mengenal Kayu. Kanisius, Yogyakarta.
Hartiyono
Widyaiswara Madya Progli Teknik Konstruksi, Properti dan Geomatika
PPPPTK BOE Malang
Facebook Comments